Membangun Optimisme

"Kang, apa mungkin kita bisa menang melawan penjajahan baru di negeri kita yang super halus, super canggih dan super kuat itu?, sedangkan kita kondisinya sekarang masih lemah. Ya lemah ekonomi, ya lemah politik, bahkan banyak juga yang akhirnya lemah syahwat karena saking stresnya mikir nasib bangsa", demikian Kang Subrun tiba-tiba ditanya oleh Marcowet, saat mereka duduk-duduk santai di teras masjid Daarul Mahabbah usai jamaah sholat isya'.

Sebelum Kang Subrun sempat menjawab, tiba-tiba Marcuit menyahut, "Betul kang, apa bisa kita menang? Setelah sekian lama tak terasa kita dijajah sehingga seakan kita menjadi gelandangan di negeri sendiri, di mana hampir semua umat islam terlilit hutang, usaha kembang-kempis, cari modal sulitnya minta ampun karena bank-bank dikuasai asing & aseng. Belum lagi masalah hukum serta suksesi kepemimpinan di daerah maupun di pusat yang bisa "diatur" sedemikian rupa oleh mereka. Intinya Negeri kita sudah diobok-obok luar dalam. Saya kok jadi pesimis".

Belum sempat kang Subrun angkat bicara, tiba-tiba Marciut nyerocos, "Iya betul. Klo mengacu pada hasil survey majalah Time, manusia di muka bumi ini jumlahnya kan sekitar 6,3 milyar. Yang hidupnya susah 3 milyar. Yang hidupnya sangat susah 1,1 milyar. Dan 8 juta di antara orang yang sangat susah itu meninggal tiap tahun karena tak bisa bertahan hidup. Nah, umumnya kita sepertinya masuk di 1,1 milyar itu, sehingga yo wis mau gimana lagi?!...mau ikut 'Rush Money' nggak bisa, wong saldo kosong. Mau ikut partisipasi ajakan 'Larisi Warung Tetangga', wong hutang yang kemarin saja belum lunas. Hehe...jadi sekarang harus gimana, kang?".

Setelah menghela nafas sejenak, akhirnya Kang Subrun pun mau mulai bicara. Tapi lagi-lagi baru mau bicara, tiba-tiba Markenif yang sedari tadi diam langsung menyela, "Gini aja kang, agaknya kita-kita ini sadar atau tidak, sebenarnya sedang kehilangan yang namanya optimisme. Keyakinan untuk menang. Kemantapan untuk bangkit. Maka inilah yang perlu "disembuhkan" dulu sebelum kita membahas macam-macam terkait dengan fenomena penjajahan di negeri kita ini".

"Terus cara membangun optimisme dan membangun semangat baru itu gimana kang Markenif?", tanya Marcowet, Marcuit dan Marciut serempak.
"Menurutku, caranya setidaknya ada empat yang kita singkat jadi "4Y".

1. Yakin Bangkit
Mari kita simak lagi firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 249. Di situ diterangkan 'Betapa banyak kelompok kecil berhasil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah'. Jadi kita nggak usah minder meski kita masih kecil dan lemah. Yakin saja Allah pasti akan menolong dan membangkitkan kita selama kita mau terus berusaha, berdo'a dan berjuang di jalan-Nya.

2. Yakin Kabul
Ternyata dulu Nabi Daud kecil dan Thalut bisa mengalahkan raja raksasa Jalut dan pasukannya yang hebat di antaranya karena yakin do'a mereka terkabul. Dan salah satu do'a mereka yang sangat terkenal sehingga diabadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 250 adalah: 'Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang kafir'.

3. Yakin Bisa
Mari kita persiapkan segala kemampuan yang kita miliki untuk menghadapi para penjajah dan musuh-musuh Allah tersebut (QS. Al-Anfal: 60). Kita harus yakin bahwa kita bisa dan mampu, karena Allah mustahil memberikan beban kecuali kita pasti bisa memikulnya (QS. Al-Baqarah: 286).

4. Yakin Menang
Yakinlah seyakin-yakinnya bahwa kita pasti menang dan yang namanya kebathilan itu pasti akan kalah atau lenyap (QS. Al-Israa': 81). Tapi syarat dan ketentuan tentu berlaku, yaitu kita harus selalu berusaha menghadirkan kebenaran-kebenaran ajaran Islam, baik kebenaran tentang Al-Maidah ayat 51, kebenaran tentang Al-Qur'an itu sendiri, kebenaran tentang Islam adalah rahmatan lil 'aalamiin dan lain sebagainya, dengan cara mengamalkan dan mendakwahkannya tiada henti".

"Nah, sekarang giliran kang Subrun untuk berbicara ya, monggo!", kata Marcowet sambil tersenyum.

"Siap, sekarang aku mau bicara, tolong dengarkan ya!" kata kang Subrun serius. Kang Subrun memang yang tertua di situ dan selalu ditunggu pendapatnya yang kadang 'nyleneh' tapi mengena.

Dan setelah semua khusu' mau mendengarkan, kang Subrun pun melanjutkan pembicaraannya, "Mari kita tutup obrolan kita kali ini dengan bacaan, hamdalah: Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin..."

"Loh, kang, belum ngomong kok ditutup, mau ke mana...?", tanya mereka keheranan karena melihat Kang Subrun langsung beranjak pergi sambil tersenyum dan mengucap salam perpisahan :)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Membangun Optimisme"

Posting Komentar